Tiga Rumah Menggantung di Sungai  

Posted by WELCOME TO INFO MALANG

Longsor kembali menerjang Kota Malang. Kali ini, longsor menimpa tiga rumah warga di kawasan Jl Simpang Mega Mendung Gang I, Kelurahan Pisang Candi. Tanah tempat berpijak tiga rumah tersebut tergerus hujan deras Sabtu (13/12). Fondasi ketiga rumah itu menggantung karena tanah di bawahnya ambrol ke sungai.

Lokasi ketiga rumah itu berderet dengan nomor berurut, yakni nomor 8 sampai 10. Pemiliknya masing-masing Sampun, Sampur, dan Mislan. Paling parah adalah rumah Sampun, 50. Dua ruangan di rumah nomor 10 ini terpaksa dikosongkan karena kondisi benar-benar tidak aman.

Apalagi, tanah tiga meter yang memisahkan rumah dengan bibir sungai habis terbawa air. Bahkan, kini tak ada jarak lagi antara rumah dengan Sungai Metro berkedalaman 20 meter. "Kejadiannya sekitar pukul 18.30 WIB. Aliran air sangat deras dan tak terbendung," ujar Sampun.

Aliran air yang dimaksudkan Sampun adalah tumpahan sungai kecil di tengah pemukiman warga Jl Simpang Mega Mendung Gang I. Sungai kecil itu berada di timur rumah mereka. Sedangkan Sungai Metro persis di barat rumahnya. "Air meluncur deras diikuti tanah. Suaranya bergemuruh. Rumah kami sampai bergetar," ungkap dia.

Akibat kejadian itu, satu kandang ayam beserta 28 ekor ayam terbawa arus sungai. Selain itu, kandang angsa terjun bebas ke sungai. Namun, kandang dan angsa masih bisa diselamatkan. Sedangkan semua barang yang ada di kamar sebelah barat dan dapur telah dievakuasi karena kondisinya membahayakan.

Meski kondisinya seperti itu, Sampun dan keluarga lain mengaku tak ingin pindah. Dia hanya berharap pemerintah memperbaiki lokasi longsor dengan memasang pelengsengan. "Saya di sini sudah puluhan tahun. Kalau pindah, mau ke mana," kata Sampun.

Di lokasi lain, puluhan warga Jl Bondowoso yang terkena dampak banjir Sabtu (13/12) berencana menghadap Wali Kota Peni Suparto. Salah seorang warga, M. Soleh, mengungkapkan, banjir Sabtu di Jl Bondowoso merupakan dampak tidak maksimalnya solusi pencegahan banjir di Kota Malang. "Pembenahan aliran air di sepanjang jalan bukan mencegah banjir, tapi hanya mengalihkan laju air," ujar dia.

Selama ini, menurut Soleh, banjir hingga sedada orang dewasa di Jl Bondowoso baru terjadi kali ini. Tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah terjadi genangan air sampai bermeter-meter. Apalagi sampai menghanyutkan harta benda warga. "Kami akan pertanyakan pembangunan gorong-gorong yang sudah dilakukan," tandasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Kesbang Linmas Pemkot Malang Sukirno melalui Kahumas Pemkot Jarot Edi Sulistyono mengatakan bakal mengkaji kondisi tersebut. Tidak hanya soal banjir yang melanda beberapa kawasan Kota Malang, tapi juga longsor di Simpang Mega Mendung. "Kami akan kaji semuanya. Terutama untuk tiga rumah di DAS Brantas Simpang Mega Mendung," kata Jarot.

Pemkot tidak hanya mengkaji lokasi rumah, tapi juga peruntukan lahan. "Kalau tidak menyalahi aturan, pasti ditindaklanjuti. Tapi kalau memang melanggar sempadan sungai, pemkot akan menindak," ucap Jarot.



Pelengsengan 15 Meter Ambrol

Pelengsengan setinggi 15 meter di jembatan Sungai Cokro, Desa Sumberpasir, Pakis, kemarin pukul 02.00 ambrol. Pelengsengan yang baru selesai dibangun dua minggu lalu itu diduga tidak mampu menahan tanah basah akibat hujan yang mengguyur daerah tersebut.

Umar Usman, 26, warga yang tinggal di dekat jembatan itu, mengatakan, sejak siang daerah tersebut diguyur hujan. "Sekitar pukul 02.00 ada suara bergemuruh di jembatan," ujarnya. Dia dan sejumlah warga lalu keluar rumah dan melihat pelengsengan jembatan ambrol. Tembok yang masih baru itu patah dan tercebur ke jurang pinggir sungai.

Mengetahui ada bagian jalan yang terkena longsor, warga memberikan pembatas bambu agar pengendara tidak melewati jalan itu. Pagi harinya, kontraktor jembatan senilai Rp 865.800 juta itu langsung datang ke lokasi. Sebanyak enam pekerja diterjunkan untuk membangun kembali pelengsengan yang ambrol. "Kami kewalahan mencari pekerja karena hari Minggu," ujar Agus Susanto, pemilik CV Karya Bersaudara yang mengerjakan proyek jembatan itu. Namun, dia berjanji mulai hari ini akan mengerahkan 20 pekerja plus alat-alat berat untuk membangun kembali jembatan tersebut.

Agus menargetkan dua minggu pembangunan pelengsengan yang dibiayai DAU itu sudah bisa selesai. Menurut dia, penyebab ambrolnya pelengesengan itu karena bangunan masih basah. Sehingga sekuat apa pun konstruksi, jika masih basah juga sangat rawan ambrol.

Menurut dia, menjelang finishing pelengsengan, kerap turun hujan. Sehingga, tanah untuk menimbun juga basah. Hal itu ditambah hujan selama satu hari yang terjadi Sabtu lalu. "Kami akan bertanggung jawab dan segera membangun lagi," janji Agus.

Anggota Fraksi Demokrat Eko Budi Prasetyo menyayangkan ambrolnya bangunan yang masih baru tersebut. Dia menduga kontraktor tidak memenuhi standar dalam membangun. Untuk itu, dia meminta pemkab mengecek lagi bangunan-bangunan jembatan yang kini banyak dibangun di Kabupaten Malang.

This entry was posted on Senin, 15 Desember 2008 at 10.24 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar

  © Blogger template 'Blissful View' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP