MALANG - Masyarakat Malang Raya tampaknya harus mewaspadai penularan penyakit diare. Sebab data di RSSA Malang, jumlah penderita diare 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Data 2008, jumlah pasien yang dirawat di RSSA mencapai 995 orang. Dari jumlah itu, 24 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah penderita 2008, lebih banyak dari tahun 2007, yang hanya 967 orang. Sedangkan pasien yang meninggal dunia sebanyak 41 orang.
Jika dicermati, usia seseorang yang rawan terserang penyakit diare pada balita. Pertama, usia 1-4 tahun (317 orang), bayi usia 28 hari- 1 tahun (282 orang), 5-14 tahun (152 orang), 15-24 tahun (25 orang), 25-44 tahun (54 orang), 45-64 tahun (58 orang) dan usia di atas 65 tahun (61 orang).
Irene Ratridewi, SpA, dokter spesialis anak RSSA mengatakan, penyakit diare memang selalu ada dan datangnya setiap saat. Penyebabnya bisa pola makan yang salah dan kurang menjaga kebersihan. Terlebih lagi kebersihan pada saluran pembuangan (sanitasi). Apalagi saat ini, banyak dijumpai makanan yang cepat saji yang kebersihannya diragukan. "Kondisi inilah yang bisa menjadi penyebab diare," ujar Irene Ratridewi, kemarin.
Terkait pasien balita yang banyak menderita diare, disebabkan penanganan ibu terhadap anak terkait kebersihan kurang terjaga. Hal itu yang membuat mereka rawan terkena penyakit diare.
Untuk bisa terhindar dari penyakit diare, kata Irene, masyarakat harus memperhatikan soal kebersihan. Minimal cuci tangan setiap menjalankan aktivitas, terlebih lagi saat akan makan. Selain itu, juga selalu menjaga kebersihan MCK (mandi, cuci, dan kakus). Sebab MCK yang tidak bersih juga menjadi penyebab utama terjadinya diare. Sedangkan untuk makanan, usahakan memasak makanan yang matang.
Tidak hanya itu, kata Irene, angka pasien cenderung meningkat bisa disebabkan Kota Malang yang sekarang sering dilanda banjir. Tidak menutup kemungkinan, banjir tersebut mengakibatkan banyaknya kotoran di sungai dan membuat banyaknya saluran pembuangan yang rusak, sehingga mengakibatkan penyebaran penyakit diare cepat berkembang. "Memang banjir dampaknya tidak seketika itu dirasakan. Melainkan bisa sesudahnya baru muncul penyakit," tuturnya.
Disinggung korban yang meninggal, Irene menjelaskan, pasien yang meninggal memang kondisinya sudah jelek. Artinya saat dirujuk di RSSA kondisi kesehatannya sudah sangat lemah. Dan kebanyakan merupakan pasien dari rujukan dari luar Malang. Hal ini mengakibatkan, penanganan pasien sedikit terlambat sehingga tingkat meninggal dunia lebih besar.
Berkaca dari situ, lanjut Irene, pihaknya meminta, agar pasien diare ini tidak usah dipaksakan untuk dibawa pulang. Sebab pasien yang terkena diare membutuhkan banyak cairan. Selama pasien tersebut belum sembuh benar, jangan dipaksakan untuk dibawa pulang. Karena rata-rata pasien yang meninggal dunia, kondisinya memburuk yang diakibatkan pulang paksa.
This entry was posted
on Minggu, 11 Januari 2009
at 21.31
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.